Ruang Ragu


Meragukan hari esok adalah suatu penghinaan bagi Tuhan
Namun, mengkhawatirkan apa yang akan terjadi adalah pemikiran manusia yang tak bisa tertahankan.

Aku merasa tak berguna,
Aku meragukan diriku sendiri,
Akan jadi apa aku nanti? Apa yang bisa kulakukan untuk orang lain? Apakah aku sudah punya bekal untuk kehidupan selanjutnya?
Aku anak pemalas, pembangkang, egois, bahkan terlalu banyak sifat burukku hingga cukup merepotkan untuk ditulis.
Aku menulis ini, untuk menghilangkan energi negatif itu
Aku tahu, banyak anugrah yang telah diberikan Tuhan kepadaku
Kehidupan ini, keluarga, dan orang lain yang datang silih berganti membantu dan menemaniku menjalani semua ini.
Aku sangat menyadari keburukanku sebagai anak, cucu, saudara, sahabat, teman, dan posisi lain yang aku perankan di dunia ini.
Hingga akhirnya, aku berada di titik dimana aku tidak menyukai diriku sendiri
Memang, sulit untuk berdamai dengan diri sendiri
Aku tahu mana yang benar, tapi masih sering memilih yang salah
Ketidakpedulianku adalah kepedulianku,
Aku tahu dalam ketidaktahuan,
Aku berjalan, saat diam adalah kebenaran
Aku terdiam, saat berjalan adalah hal yang lebih baik
Pertentangan antara jiwa dan raga, rasa dan logika, ada dan tiada cukup sulit untuk dilerai
Bahkan, memang terkadang lebih baik untuk tidak dilerai dan tetap bertentangan
Terimakasih,
Telah menjadikan aku manusia yang menyadari semua ini.

Komentar